Lalu, NatalMu Menjadi Cahaya

Daun gugur di halaman belakang (Dok. Pribadi)
#1
Pada malam yang 
Diam-diam kita lupakan.
Ada harapan yang muncul 
dari lilin yang kita nyalakan
Tuhan ada di cahaya yang kita hidupkan
Ia lahir tanpa diminta
Tanpa didesak
Tanpa ditunggu

Mungkin tanpa perlu kita harapkan.
Ia tetap lahir malam ini
Lewat gema kidung pujian
Lewat pohon natal
Lewat doa-doa
Di mana lagi kita bisa menyembunyikan diri?

#2
Seperti cahaya yang berpendar
Satu-satunya yang Tuhan harapkan
Adalah apa yang sebenarnya kita kerjakan
Apa sebenarnya yang ingin kita sebarkan
Dari cahaya
Wajah-wajah manusia berseliweran
Di sana, segala kejahatan 
dan kebaikan menjadi asap
Hilang lenyap. 
Lalu, apalagi yang bisa kita berikan?

#3
Pada malam yang diam-diam kita abaikan
Anak manusia tanpa pilihan dilahirkan
Menembus batas-batas terkeji
Menerobos ruang-ruang yang kita bentengi
Hanya hati, yang paling sulit ia terjemahkan
Ia bisa menjelma menjadi apa saja.
Tanpa kita tahu, tanpa bisa kita duga.
Lalu natalmu, apakah akan menjadi sia-sia?

#4
Anak manusia menjadi manusia
Ia melebur lewat udara 
Masing-masing kita berhenti berdoa
Berhenti bertanya. Berhenti menjawab
Berhenti menjadi sok tahu
Ternyata, kita belum berdampak apa-apa?

Kita hanya menyimpan pengetahuan 
Dalam kantong baju dan lemari
Tanpa mau berbagi, 
Tanpa mau membuka hati.
kita hanya menikmati sendiri, 
tanpa perlu memberi.
Lalu, natal hanyalah natal. 
Ia bisa berlalu begitu saja.

#5
Lalu, pada lilin kesekian
diam-diam kita bertanya,
Apakah natal hanyalah pesta?
Apakah natal hanya euporia?
Apakah natal hanyalah sekedar 
penyalaan lilin dan lagu pujian malamkudus?
Tanpa perlu berkaca, 
Kita sudah melakukan apa saja?

#6
Jam dinding yang berdetak
Lagu pujian yang menghentak
Aroma natal yang semerbak
Membuat semua orang harus bertanya lagi
Apakah semua orang malam ini 
sudah makan roti
Atau justru menangis sesenggukan 
karena kelaparan?
Lalu, bagaimana mungkin 
Kita bisa berpesta tanpa perenungan?

#7
Lilin ini adalah harapan
Adalah doa panjang
Adalah pujian
Malam ini adalah perenungan
Sudahkah kita berdampak?
Seperti lilin yang memberi cahaya.
Sudahkah kita menjadi terang untuk sesama?
Sudahkah kita menjadi berguna 
untuk manusia?
Tuhan, hanya Engkau yang paling Maha
Pada kedalaman hati, ampuni kami.

*Puisi ini dibuat untuk acara penyalaan lilin Natal Perkantas Bengkulu (04 Desember 2015). Seperti biasa. Ada tujuh lilin, berarti tujuh puisi. Sebenarnya malu, karena membuatnya agak terburu-buru. Mungkin karena (pura-pura) sibuk. Mungkin ini puisi pertama selama kurang lebih tiga bulan ini. Saya sudah jarang menulis puisi. Saya pikir tidak jadi dibacakab. Mungkin tidak pas atau apalah. Tapi tadi saya baca inbox Santa, dia kirim ucapan Selamat Natal dan Terimkasih atas puisinya. Salam dari #PERKANTAS Bengkulu. Waah. Itu ucapan Natal pertama di Desember ini. Saya bahagia. Tentu walau saya tidak bisa hadir, puisi saya hadir. Artinya, tentu jiwa saya juga hadir.

Selamat Natal ya :)

Terimkasih untuk yang membaca:
Mas Pur (Pembicara)
Kak Rin (BPP)
Bang Robet (Alumni)
Adek Lia (Mahasiswa)
Adek Mike (Siswa)
Bang Hendra ( Ketua)
Perwakilan Undangan.

Aih, kalian sesuatu sekali :*

Listen to Lalu, NatalMu menjadi Cahaya by Grasia Renata Lingga #np on #SoundCloud
http://soundcloud.com/grasia-renata-lingga-313818575/lalu-natalmu-menjadi-cahaya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Kembali

Dialog Murid dan Guru (Lama yang Baru Tiba)

Surat pertama dalam perjalanan yang panjang