#lampu 2

Begini, waktu baru pertama kali sadar dan sedikit mengerti kalau lahir di dunia ini harus menuruti aturan yang tidak pernah kita sepakati, saya marah, mau protes dan kenapa haris nurut ? tapi, tidak boleh diutarakan, hanya boleh ditulisi dan diteriaki dalam hati. karena hidup di negara ini harus siap dengan segala tetek bengeknya. lahir menjadi manusia membuat saya harus taat hukum. harus ikut agama pilihan orang tua dan nenek moyang, harus punya surat-surat administrasi bukti kependudukan yang jika kau turuti bisa , harus ikut selera orang-orang yang sudah lebih dahulu lahir. dan bagi yang ingin menentang arus, siap-siap saja dengan segala resiko yang ada. 

lahir sebagai manusia berarti siap dengan persoalan nilai-nilai, budaya, moral, suku, agama, adat istiadat, dan kesepakatan lingkungan dimana kau beranjak dan tinggal. dan keluar dari kesepkatan berarti menentang aturan sosial. rok mini, atheis, gender, egaliter, aborsi, perawan, pluralis dan banyak kata lain masih terdengar asing di masyarakat. dan kata-kata tersebut selalu mengundang perdebatan panas yang berujung dengan saling serang dan tuding, saling kutuk dan maki. aneh memang. tapi begitulah aturan yang berlaku, setidaknya lebih banyak terjadi, walau gerakan massa sudah hadir sebagai penengah.walau tidak sepenuhnya jadi solusi. 

Hadir di dunia ini, adalah salah satu dan bisa juga salah dua menjadi penyesalan berat bagi manusia yang menolak aturan yang lahir dari hasil kebiasaan yang turun temurun dan kemudian dimutlakkan sebagai aturan wajib lapor.dan yang paling aneh, hidup di negara ini, berarti harus punya tenaga lebih untuk lelah hati, jiwa dan pikiran.

Jika kau mau bermain aman, kau harus siap biaya bla.bla.bla. atau kalau tidak punya, kuat-kuatlah dengan makian, menunggu, dan jangan sesekali mencoba untuk protes. karena protes berarti menentang kesepkatan, dan kau harus keluar dari lingkaran yang di buat (-buat). Kau harus jadi manusia penurut, baik itu benar salah, baik buruk, untung rugi dan lebih banyak sebenarnya itu merugikan secara pribadi, dan menguntungkan sekelompok orang yang sudah punya pegangan berupa nama baik, dan jabatan paling strategis.

lalu, kemajuan teknologi membuat semua orang menjadi pura-pura bodoh dan idiot. Masuk ke masyarakat sungguhan dengan (harus) menerima aturan yang sudah diberlakukan secara keseluruha. dan (sebenarnya), banyak yang protes dan tidak berani bersuara. lalu yang protes kembali masuk ke dunia virtual dengan aturan yang sama. dengan tawaran yang sama, hanya saja berlaku (seolah-olah) tidak nyata, tapi sungguhan ada. hanya saja tidak tercatat dalam aktivitas rutin yang terbiasa kita lakukan. tapi, toh kita masuk juga, mendaftar menjadi masyarakat virtual dengan aturan yang sama dan persoalan yang sama, yang membuat beda, kita hanya lebih bebas bersuara lewat tataran pikiran yang sengaja di olah untuk lebih terbuka, tapi toh sebenarnya tidak juga ada guna. kita memunculkan apa yang kita pikirkan, kerjakan, lakukan dan semuanya hanya sampai pada pembaca yang berkomentar,. mencicit, menyukai, membagikan, dan menambahkan motivasi-motivasi dan juga kutukan. lalu, dimana tempat yang aman. bukankah kita seperti sedang terjebak dua kali. tepatnya, saya seperti terjebak dua kali.

lahir ke bumi, kemudian tumbuh menjadi sedikit lebih dewasa dari segi tubuh, pikiran, hati dan perasaanya, lalu protes tentang apa-apa saja yang tidak diterima akal yang terbatas ini, kemudian muncul dunia virtual yang berisi masyarakat virtual dengan tawaran-tawaran keterbukaan pikiran, tapi tetap dengan aturan yang sama, lalu saya memilih masuk dan menjebak diri (lagi). bukankah, jika sebelumnya saya punya pilihan untuk tidak lahir, saya akan memeilih tidak dilahirkan, lalu kemudian (Tuhan) mengizinkan saya lahir, dan masuk ke buminya dengan aturan manusia terdahulu. kemudian manusia menciptakan dunia baru dengan aturan yang juga mereka adopsi dengan aturan yang sudah meereka ciptakan di dunia sebelumnya, dan sebenarnya saya punya pilihan untuk tidak masuk, mendaftarkan diri, dan tergabung di dalamnya. tapi tidak. saya ternyata memilih masuk juga, menikmati juga, bergabung juga dan terjebak di dalamnya. tidak bisa keluar lagi. lalu, saya justru berfikir untuk membuat dunia baru di dalam dunia virtual yang sengaja saya masuki untuk menjebak diri saya sendiri. lalu berharap, ada orang-orang bodoh dan lebih idiot dari saya, dan ingin masuk ke dunia virtual yang saya bangun di dalam dunia virtual ciptaan manusia sebelumnya. jika kau berani, kau boleh membuat dunia baru di dalam dunia yang sudah diciptakan (Tuhan) sebelumnya, tapi kau harus bersaing dengan orang-orang yang sedang berjuang menjadi tuhan-tuhan baru.

Jika saya sadar, saya sudah terjebak dua kali, bagaimana denganmu? kau sudah terjebak berapa kali dan sudah sampai di sesi keberapa sejak terdata menjadi warga dengan surat-surat yang tidak lengkap.

Selamat sore keramaian dalam kesunyian pikiran. selamat berterus terang diam-diam.

#lampujalan , 17.45 WIB

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Kembali

Surat pertama dalam perjalanan yang panjang

Kartu Ulang Tahun untuk Usia ke Sekian