Pertemuan | Perpisahan | Kenangan-Kenangan
Saya membenci perpisahan. Untuk itu saya tidak begitu
tertarik dengan pesan, pertemuan, dan moment-moment. Tepatnya, tidak lagi
menyukai. Karena perpisahan hanya akan meninggalkan kenangan, tidak ada yang
lebih dari itu. Kenangan adalah luapan dari semua pertemuan, iya tidak bisa
dilupakan dan diabaikan. Hanya bisa disimpan rapat tanpa mengganggu
pertemuan-pertemuan selanjutnya. Ah, entahlah. Sepertinya tahun ini adalah
tahun yang menyesakkan. Dan merupakan tahun pertemuan dan perpisahan yang
malang. Tidak ada yang lebih sesak dari itu.
Malam ini, sebetulnya tidak ada yang harus
dibicarakan, tugas yang menumpuk, tulisan yang belum selesai, puisi yang
kehilangan rohnya.
Harusnya ada pertemuan terakhir. Tidak perlu upacara
dan kata, hanya saja sepertinya waktu begitu membingungkan dan kesempatan tidak
begitu bisa untuk diperdebatkan. Seseorang akan pergi dalam waktu yang cukup
lama, sebetulnya saya juga akan pergi, tapi toh tetap saja bukan dalam satu
tujuan. Dan tidak ada kesempatan bertemu untuk waktu yang cukup panjang. Saya
tidak sedih, bahkan sama sekali tidak gelisah. Saya hanya merasakan apa yang
orang lain bilang kekosongan. Seperti ada yang lepas, hilang. Tapi tidak begitu
jelas.
Seperti ada yang belum tuntas diselesaikan, tapi sudah
berakhir.
Seperti kegerahan pada badai yang sebetulnya menyimpan
gigil
Seperti hembusan nafas yang tersedak, tapi tak
mengganggu setiap hembusan.
Saya sedang duduk di kursi teras rumah, membiarkan
semuanya berlalu tanpa izin, saya hanya mengetik apa saja yang saya pikirkan
dan rasakan. Tapi tidak benar-benar bisa saya terjemahkan. Bahkan untuk
menyimpulkan apa yang saya rasakan pun sulit betul. Sepertinya memang harus
didiamkan tanpa perlu diperhatikan.
Ada masanya, kita memang harus berdiri sendiri tanpa
seseorangpun. Mempersiapkan diri sendiri tanpa perlu meresahkan dan merepotkan
orang lain. Mungkin,memang ada masanya untuk asik sendiri. Tanpa merisaukan
siapa-siapa.
Saya hanya perlu istirahat yang cukup, makan yang
cukup, membaca yang cukup, berbicara yang cukup, dan menulis yang banyak.
Karena menulis membuat saya suka asik sendiri dengan diri saya. Tanpa perlu
memikirkan pertemuan dan perpisahan. Mungkin, waktu begitu cepat berjalan atau
mungkin juga saya begitu asik sibuk, hingga waktu yang ada begitu terasa tidak
cukup untuk setiap pertemuan-pertemuan yang melelahkan.
Begitulah. Saya masih belum merasakan apa-apa. Saya
masih tidak bisa menjelaskan dengan baik bagaimana saya menangkap perpisahan
yang sebentar. Memakan waktu lama untuk tidak menghiraukan.
Saya memang harus belajar untuk berjalan-jalan
sendirian, menyibukkan diri sendirian. Toh, pertemuan dan perpisahan juga tidak
harus direncanakan. Kesempatan yang baik dan waktu yang tepat membuat pertemuan
dan perpisahan berlangsung begitu saja. Tanpa perlu dicatat dan diingat-ingat.
Ah, sialan.
Komentar
Posting Komentar