Apakah Aku Berani?
Pagi ini, alarm ku kembali berbunyi di jam 05.00 WIB, aku memutuskan untuk menarik diriku kembali pada rutinitas yang pernah pada suatu waktu, menjadi sangat membosankan. Tapi, saat ini, aku merasa perlu kembali pada sebuah rutinitas pagi yang khusuk. Setelah, memberanikan diri untuk kembali mencatat, aku berharap apa yang terlintas dalam pikiranku, bukanlah sesuatu yang buruk dan konyol, tapi, kalaupun demikian, aku akan coba menerima.
Aku bangun dengan penuh syukur, karena setiap aku bangun, aku bisa merasakan bahwa Tuhan sedang memberi aku kesempatan sekali lagi. begitu terus. Hingga, pada suatu waktu, aku juga menyadari, ternyata aku juga membuang banyak sekali kesempatan yang baik. Ketakutan membuat aku menjadi inferior pada diri sendiri, tapi terus menerus merasa superior di hadapan dunia.
Aku kembali bersyukur, karena aku bisa merasakan khusuk, hening. waktu- waktu subuh yang penuh harapan. aku berdoa, "Tuhan, kekacauanku saat ini, semoga bisa ku bereskan perlahan. pelan- pelan. Terimakasih terus menerimaku yang kebingungan ini"
"tak ada yang dapat menyadari kesesatannya; Tuhan Bebaskan aku dari kesalahan tersembunyi, jauhkan aku dari dosa yang disengaja." potongan bahan saat teduh ini, sungguh menegurku yang selalu merasa lebih banyak tau dan lebih benar. Bahkan dalam kebaikanpun, mungkin ada kesalahan dan luka, bagaimana mungkin, aku bisa selau merasa apa-apa yang ku lakukan selalu benar.
Keputusan untuk kembali, adalah keputusan yang berat: aku harus terbuka mendengar dan merasakan banyak sekali teguran. ku pikir- pikir, itu kenapa orang tidak mau bersungguh- sungguh dalam berdoa dan merenungkan firman, karena setiap kata adalah teguran bagi siapa- siapa yang ingin mendengar. itu kenapa, aku lebih memilih mendengar lagu- lagu rohani, demi ketenangan jiwaku, bukan untuk membongkar kesalahanku. aku bersembunyi di balik lagu-lagu. Merasa bahwa Allah maha tahu, dan Ia tentu paham, apa yang kurasakan, kesedihan macam apa yang sedang menerpa, dan badai seperti apa yang menghempasku. aku merasa, Ia adalah Allah yang benar- benar tau kondisiku, tanpa pernah membuka diri untuk kembali diajar, ditegur.
Setiap pagi, selama beberapa hari ini, aku kembali. Bersiap menerima segala teguran: sakit dan tertekan. Sesekali, hatiku diiris, ingatanku dipulihkan pada hal- hal buruk yang mungkin kulakukan dengan sengaja, juga hal- hal baik yang ternyata juga membuat luka bagi orang lain. seperti pagi ini, aku seperti dipaksa mencatat kesalahanku, sepanjang minggu lalu. juga bulan- bulan lalu, yang membuat semuanya menjadi tambah buruk. Tapi, aku tentu bersyukur, bukankah aku diberi kesempatan untuk mengakui kesalahanku, menegur diriku sendiri, dan meminta maaf atas hal- hal buruk yang terlanjur terjadi. apa yang lebih menguntungkan dari menerima bahwa diri bersalah, dan terus mendorong diri untuk setidaknya, kembali berjalan, menggandeng hal- hal baru dan baik.
Seperti yang terus ku ingatkan pada diriku, "aku adalah manusia berdosa" yang tidak luput dari hal- hal salah dan buruk. ia bisa saja mengecil, lalu membesar, mengecil, hilang, lalu muncul lagi. Akan selalu naik turun, akan selalu muncul dan hilang. Aku adalah bagian dari dunia yang berdosa ini, tidak mungkin tidak akan mengulang kesalahan, tidak mungkin tidak berdosa. tapi, di hadapan Allah. aku akan terus diterima, walau di hadapan manusia, belum tentu.
Hari ini, tentu akan menjadi hari yang berat. hari esok juga akan berat. tidak ada kepastian, untuk kapan datangnya hari yang baik dan ringan. Walaupun datang, kita mungkin juga belum tentu menyadarinya. Seperti banyaknya hari yang kita lewati, bisa jadi semuanya adalah hari baik, tapi kita tidak pernah puas. Aku tidak akan mencari- cari kesalahan lagi setiap hari, agar terus- terus merasa buruk. Hari yang terasa berat ini, semoga menjadi hari yang baik. untukku, juga untuk semua orang. Cuaca 30' C menyambut ku dengan hangat. Langit yang cerah, hembusan angin yang sesekali menembus jendela, membuat aku lebih berani menghadapi diriku sendiri.
Komentar
Posting Komentar