Untuk Perempuan yang Sedang Patah Hati

Senja dari rel kereta Stasiun Ledokombo
Dari bumi, saya mendengar jeritan seorang perempuan. Sekencang-kencangnya jeritan. Tapi sekuat-kuatnya ia menjerit, hanya saya dan dirinya yang mendengar. Mungkin juga Tuhan. Sementara lagu "Kecewa" yang dinyanyikan Bunga mengiringi tulisan yang bukan apa-apa ini.

Saya tertarik untuk merekam betapa ngilu perasaanya saat ini. Tapi, dia pasti sudah paham betul bahwa tidak ada yang paling luka selain membuat luka orang lain. Lalu, ia pilih untuk melukai dirinya sendiri. Menahan debar jantung, meredam denyut nadi yang tidak lagi teratur. Siapapun tahu, bahwa patah hati adalah sedalam-dalamnya kecewa. Ia tidak bisa sembuh oleh apapun. Oleh lagu apapun. Oleh hadiah apapun. Oleh puisi apapun. Oleh janji-janji apapun. Iya, apapun tidak bisa menyembuhkan. Yang tersisa dari patah hati adalah luka itu sendiri. Ia akan sesekali nyeri walau sudah diobati. Bahkan kenangan. Ia akan menjelma menjadi yang paling perih saat patah hati.

Lagu berganti "Akhir cerita cinta" yang syahdu sekali. Salah satu kalimat yang secara sadar dan tidak sadar, selalu saja dicoba orang-orang patah hati "Biarkan kini ku berdiri. Melawan waktu. Walau pedih hati. Namun aku bertahan". Sekuat-kuatnya hati, patah hati tetap lah patah hati. Bertahan berarti membiarkan luka melebar, memerih dan merusak bagian lain yang tidak patah yang tidak luka. Tapi toh tetap saja dinikmati. Luka yang nikmat.

Suaranya masih menjerit-jerit. Ngilu sampai di telinga. Tapi bagaimanapun, terlihat patah hati sama bodohnya dengan patah hati itu sendiri.

Lalu, dia tersenyum. Menelpon untuk sekedar bilang kalau semuanya baik-baik saja. Untuk meyakinkan saya, meyakinkan daun-daun gugur juga meyakinkan Tuhan, bahwa ia baik-baik saja. Lalu apakah saya percaya? Tentu saja tidak. Tapi saya iyakan saja. Percaya atau tidak, toh ia kuat melukai dirinya sendiri. Bagaimana mungkin saya ikut-ikut bersaksi bahwa semuanya memang baik-baik saja. 

Tapi, seperti halnya jatuh cinta, patah hati juga menyempitkan pikiran, juga menyempitkan hati, tapi meluaskan kenangan untuk melihat kemungkinan-kemungkinan. Apakah masih utuh atau sudah melebur bersama cuaca yang tidak menentu. 

Kalau sudah begini, lirik lagu Glen "Terserah kali ini sungguh aku takkan peduli" tidak ada artinya sama sekali. Karena orang patah hati tentu menjelma menjadi orang yang mempedulikan segala sesuatu. Dari peduli, ia sematkan harap. Semoga menjelma jadi kunang-kunang, sebagai penunjuk. Sebagai apa saja yang bisa melegakan debaran jantungnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Kembali

Surat pertama dalam perjalanan yang panjang

Kartu Ulang Tahun untuk Usia ke Sekian