Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2015

Untuk Grasia Renata Lingga

Gambar
"'Dan Grasia, Satu sikap menentukan banyak hal. Hanya dengan satu sikap. Maka berhati-hatilah tanpa perlu takut pada ketakutan. Sama halnya dengan kesunyian, kesepian, ketakutan pun bisa dirayakan. Sepertinya gelisah sudah lama kita miliki. Dulu dalam gelap dan bercangkir-cangkir kopi. Kita tidak perlu takut apa-apa. Semua sudah terjadi di sini. Tumpah ruah. Semakin tergali semakin suram, runyam, buram. Ah...kita sudah sampai ke hari ini. Apa yang terlewatkan?" -Liona Aprisof- Setelah mengobrol lama lewat telepon genggam, setelah bercerita tentang perang ideologi para sastrawan, hantu penunggu kamar mandi, novel-novel lama, kekasih, perjalanan, rencana-rencana, tulisan-tulisan, kesibukan-kesibukan, bahkan rencana pernikahan. sebaiknya, kesepian juga perlu dan memang harus dirayakan. ada baiknya, kita memang harus merayakan sepi. lorong-lorong yang selalu kita lewati butuh disapa

Hanya Tentang Penerimaan, Bukan Tentang Perang yang Membuat Alien Bersenang­senang.

Gambar
Pintu tembok belakang Kantor Kalyanamitra (Dok.Pribadi) Saya adalah perempuan, remaja akhir yang sedang (dan saya pikir semua perempuan di remaja akhir juga pasti mengalaminya) bingung menentukan banyak sekali pilihan. Dan baru kembali bertanya setelah beberapa lama sibuk berdiskusi dengan angin, malam dan pengapnya ruang-ruang hampa. Saya sering kewalahan ketika banyak orang memperdebatkan apa yang seharusnya dikenakan untuk sekedar berbelanja, pesta, atau mengirim paket ke kantor pos. Saya kadang tidak habis pikir, bagaimana mungkin saya menghabiskan banyak waktu hanya untuk mencocok-cocokkan. Walau pada akhirnya, ada suatu waktu dan pada kesempatan yang tidak terelakkan, saya harus melakukannya juga.  Kebebasan berekspresi lewat pakaian yang saya kenakan sering kali jadi perdebatan bagi banyak orang. Sampai pada suatu waktu, ibu saya baru menyadari, selain beberapa gaun untuk ibadah ke gereja, yang tersisa di lemari pakaian hanyalah sederet kaos oblo...

Catatan Rindu

Gambar
Sumber: Koleksi Pribadi Sekarang rindu adalah kepingan masalalu dan masa yang akan datang Ia merambat ke dinding kenangan dan khayalan Menembus batas-batas kesadaran Dan meninggalkan detak jantung yang tak beraturan Sekarang rindu menjadi kemustahilan Dimana ruang tak bisa disatukan Sementara hati selalu percaya bahwa Tuhan mencatat segala kejadian Tapi rindu adalah juga kekuatan Pertemuan adalah tujuan Sementara waktu tak bisa dipastikan #RumahPerteduhan #LorongBaca #KamarTakBernomor #LampuJalan

“kau tidak bertanggungjawab untuk membuat dia percaya”

Malam ini begitu gigil, saya tidak tahu apa yang sebenarnya sedang saya pikirkan, yang pasti ada rasa ngilu di sela-sela belulang dan semakin lama, semakin nyeri. Saya sedang memikirkan satu hal, seberapa jauh saya berani menghadapi tanda tanya- tanda tanya yang lebih sering muncul akhir-akhir ini. Ini seperti berdebat dengan diri sendiri, yang berujung pada sakit kepala, tidak ada jalan keluar yang cukup melegakan. Seperti berkejaran sendirian, tidak ada yang benar-benar ingin dikejar, tapi harus sampai. Sejauh ini, saya belum bisa menentukan sendiri, apa hal yang membuat saya bahagia. Apa hal yang membuat saya harus berjuang lebih keras, atau karena saya pelupa, lalu gejolak yang muncul sering tak menentu kemudian menjadi biasa setelah hampir mati menahan niat yang menggebu-gebu. Saya tahu, saya tidak boleh seperti ini, saya tahu dalam hal ini, saya harus menentukan sendiri apa hal terbaik yang harus saya raih, dan tidak boleh berhenti sampai disitu saja, saya juga harus merancang ba...

Tolak Permohonan Usia Minimum Perkawinan (Anak Perempuan) : Hakim Konstitusi Apa gak Bisa Baca ya?

Gambar
sumber: twitter Kevin Sucianto ‏ @ KSUC Mengapa saya # StopPerkawinanAnak Penulis selesai pembacaan putusan penolakan permohonan Usia Minimum Perkawinan Anak Sidang putusan permohonan anak terkait "Usia Minimum Perkawinan Anak Perempuan" yang berlangsung kemaren (18/06) di Mahkamah Konstitusi membuat masyarakat kecewa. Penolakan permohonan usia perkawinan anak (dari 16 tahun menjadi 18 tahun) sama sekali tidak bisa diterima begitu saja. beragam persoalan  yang sudah diuraikan dengan baik oleh seluruh pemohon dalam laporan atas permohonan usia minimum perkawinan anak perempuan menjadi 18+ tidak membuka mata,hati,pikiran dan kerealistisan para hakim Konstitusi. kalian bisa cek hasil putusannya disini: http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/putusan/30-74_PUU-XII_2014.pd   Siapapun yang membaca, sepanjang dia berintelektual, bernurani, berpikir dan netral, pasti mengerti kenapa usia 16+ belum layak menjadi usia min...

Review Panel IV: "Televisi Orde Baru dan keluarga Indonesianya"

"Kontrol televisi oleh negara memudahkan negara dengan leluasa mengkampanyekan imajinasinya tentang Indonesia sebagai sebuah keluarga. Politik ekonomi televisi di masa Orde Baru awal hingga akhir memang berada di tangan negara. Hal ini perlahan-lahan berubah hingga kini sepenuhnya berada di tangan konglomerasi media" -Indoprogress Masa Orde Baru adalah masa dimana media sama sekali tidak memiliki independensi, baik dalam bentuk, isi maupun capaian program, dan bahkan pada struktural. dan itu berlaku hingga sekarang. Kita seperti memperoleh 'warisan' yang sebenarnya bisa kita tolak. tapi, siapa yang pernah dan mau menolak 'warisan'? Orde baru membangun kekuasaannya lewat segala lini. Semacam pendekatan sosial dengan teori komunikasi massa, menggunakan muatan-muatan agamis dan cita-cita bangsa tentang kesejahteraan nasional. Secara serentak, Masyarakat seperti memperoleh pencerahan dari sang Liyang. Berlaku baik, memiliki cita-cita, dan outputnyaa sudah jel...

Kepada Sapardi, Pemilik Sah 'Hujan Bulan Juni'

Gambar
Aku tulis ini di tempat perhentian kereta tempat menunggu untuk perjalanan selanjutnya entah atas dasar apa, tiba-tiba saja aku ingin mencatat semua. Di sini, semua orang asik sendiri bukan pada dirinya, tapi pada entah Disini, semua orang berdiskusi dengan udara yang pengap tanpa perlu membaca, menulis apa lagi bertanya Di sini, semua orang tidak peduli apakah hujan akan turun lagi atau akan tetap pengap sampai mati kita tidak bisa lagi menebak cuaca kita tidak bisa lagi mengeja udara dan mengira-ngira, apakah ini bahaya atau hanya tanda yang tak berarti apa-apa dan Tuhan tetap sama seperti biasa Ia pasti mengutuk dari pintu surga Stasiun cawang, 14 Juni 2015 tepat pukul 11.45 WIB *Percayalah, pada mulanya, saya hanya ingin menyampaikan puisi cinta ini untuk si Pemilik Hujan Bulan Juni. lalu saya angkat tangan lebih dahulu, dan diberi kesempatan oleh Kang Maman Suherman yang saat itu menjadi host. tepat di hadapan Sapardi Djoko Damono, Saya bacakan p...