Teruntukmu, Ibu



Adalah waktu yang seringkali kita puisikan dengan harapan, impian dan cara-cara terbaik untuk mewujudkannya. Aku tahu bahwa Tuhan masih setia memberikan kesempatan demi kesempatan untuk meraihnya, apapun yang kita rencanakan.

Kala malam menjelma jadi gulita, berganti pagi kemudian siang, aku tahu hanya doamu yang paling setia menyebut-nyebut namaku dari kejauhan. Dan apapun yang kau inginkan, aku tahu Tuhan mendengar dan mencatatnya di kitab-kitab perjanjian.

Sungguh aku mengerti, bahwa rindu yang selalu mampir tidak pernah ada jedanya, walau ribuan mil jaraknya, tak pernah sedikitpun kita biarkan ingatan tentang kebersamaan kita hilang. Aku ingat betul, garisan wajahmu, tatapan matamu, pelukan cintamu dan kalimat-kalimat pengharapan yang selalu kau sampaikan pada Tuhan. Iya, aku ingat betul. Tak ku biarkan persekian detikpun menghalau pikiran dan membuat ku resah tak beraturan.

Ibu, rindu adalah kesunyian masing-masing. Aku ingin terus membalasnya dengan tuntas. Aku selalu sampaikan lewat udara dan angin yang berhembus. Aku tak ingin membiarkan sedikitpun menguap begitu saja. aku tahu, jarak yang hitungannya tak terhingga membuat kita saling mengerti dan paham betul bahwa jangan sekali-kali membiarkan kesempatan berlalu dan hilang. Karena waktu yang entah ini, tidak akan menunggu siapapun, iya siapapun. Kita harus saling berkejaran, sekencang-kencangnya membayar setiap rindu dan harapan. Dan apapun yang ibu inginkan, untuk kesekian kalinya aku mau bilang, bahwa Tuhan sudah mencatatnya.
Pun, untuk laki-laki bijaksana yang selalu kau harapkan, yang akan mendampingiku membesarkan cucu-cucumu, pun pada kebahagian yang tak teruraikan, itu juga sudah dicatat Tuhan. Dan akupun sudah ikut berkirim doa dengan sunggguh-sungguh.

Iya, yang terbaik yang akan diberikan pasti akan dipertemukanNya, hanya waktu saja, cepat atau sedikit lama.

Ibu, ku isyaratkan pada daun-daun yang berguguran di sepanjang perjalananku, bahwa kehidupan adalah bukan persoalan menang atau kalah, tapi persoalan seberapa sungguh kita ingin mewujudkan apapun. Bukan pula soal memilih dan dipilih, tapi seberapa kuat kita bertahan menjadi yang terbaik, seperti yang selalu ibu katakan.

Ibu, aku mau membayar rinduku dengan puisi. Semoga sampai pada hati, dan sungguh, hanya Tuhan yang tahu sebebrapa dalam cintaku padamu.

Anakmu

#Lampujalan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Kembali

Surat pertama dalam perjalanan yang panjang

Tolak Permohonan Usia Minimum Perkawinan (Anak Perempuan) : Hakim Konstitusi Apa gak Bisa Baca ya?