Hujan Di jakarta

iya, hujan jua yang menghantar hari kita pada malam yang gigil serta pengapnya jakarta. aku masih menunggu kabar tanpa harap, entah kesekian kalinya, entah keberapa waktu sudah kita eja, aku masih setia pada apa yang orang lain bilang harapan.

aku tidak mengharapkan kehadiran dan keberadaan, aku hanya percaya bahwa Tuhan adalah yang paling maha, yang mengatur setiap cinta. aku percaya, bahwa malam ini, Ia juga yang mengingatkan aku akan pentingnya berharap.

untuk kesekian kalinya, aku mengetikkan kata pada beranda, kutunggui hujan yang semakin menderas, serta petir yang menggerutu. aku tidak khawatir sedikitpun, kala kilat-kilatnya menyambar- nyambar hingga ke jantungku. aku setia saja, menunggu siapapun yang berhenti, dan menyapa dengan salam terhangat malam ini.
ah, aku tahu ini bukan kesialan. mengenang siapapun, seharusnya bukan kesialan. terlebih mengenang manusia. karena siapapun boleh hadir, dan kemudian pergi, atau bahkan kita usir sendiri.

aku bukan sedang mencari kesialan- kesialan yang lain, aku hanya mengeja satu persatu ingatan yang harus segera kita tumpahkan, sebelum kemudian melebur jadi abu, dan hilang di telan panasnya Jakarta setelah hujan mereda.
Selamat kepada siapapun yang menemukan dirinya sendiri dengan nyawa dan jiwa yang utuh secara bersamaan, merdekalan. karena hanya dengan begitu, masing- masing manusia menyadari kuasanya secara pribadi akan diri. aku titipkan harap pada siapapun yang sudah berjuang dan sedang berusaha sekuatnya menemukan dirinya sendiri, semoga segera bertemu.

#RumahPerteduhan #LorongBaca #KamarTakBernomor #Lampujalan
12 Juni 2014

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Kembali

Surat pertama dalam perjalanan yang panjang

Kartu Ulang Tahun untuk Usia ke Sekian