Saya menolak korupsi !


Hari ini, langit yang kelabu menghantarkan langkah saya ke Taman Ismail Marzuki(TIM),di Cikini karena sesuatu hal dan tugas yang di embankan. karena tanggung jawab yang lain, dan karena semangat untuk mencari, dan sepertinya takdir tak mempertemukan saya dengan rencana. saya lupa tempatnya, walau setelah bertanya. alat komunikasi kehabisan energi untuk sekedar dihidupkan sebentar, tapi ya sudahlah, ketimbang saya bingung dan karena sudah terlanjur, saya putari lagi TIM dengan harapan, akan segera ditemukan tempat pertemuan yang sepertinya terselubung sekali, karena tidak ada sedikitpun tanda- tanda.

Tapi, ya sudahlah. saya toh harus berhenti disebuah tempat yang cukup nyaman untuk menunggu ataupun untuk kembali berharap, tapi Tuhan berkehendak lain. Dia punya rencana yang lebih besar dari rencana saya. ada panggung terbuka di halaman depan, Gerakan Masyarakat Perangi Korupsi sedang buka ruang untuk siapa saja yang mau melawan dan memerangi lawan yang tak tahu kapan kalahnya. 

Saya melihat sebuah kebangkitan dengan cara yang cukup cantik. sebuah panggung terbuka untuk siapa saja yang berani angkat bicara soal penolakan terhadap korupsi. soal melawan sistem yang cukup tangguh untuk dituntaskan.

Tapi saya melihat, bahwa ada harapan bagi orang- orang patah hati di tenda sederhana yang didirikan, ada kekuatan yang dibangun oleh orang- orang yang di anggap kalah karena tidak mau menyerah. Saya tahu, usaha ini akan sia- sia juga pada akhirnya, tapi bukankah hidup harus punya harapan yang lebih besar dari kenyataan itu sendiri. saya melihat, usaha ini cukup mampu menggugah dan memperingati, cukup mampu mengingatkan atau sekedar koar- koar, paling tidak, usaha ini cukup mampu mengingatkan bahwa hidup tak sekedar soal untung berapa kita sekarang.

Saya melihat kenyataan, dan saya harus siap dengan apapun yang diperhadapkan. ya,kenyataannya korupsi memang jadi penguasa di negara ini. ya, indonesia namanya. korupsi jadi headline di surat kabar dan telivisi, tapi pemberantasan atau sekedar mengurangi angka setiap kasus toh gagal juga diuapayakan. korupsi jadi hantu yang menyenangkan. ia bisa berkawan kepada siapa saja yang bisa jadi justru sebelumnya adalah lawan. pelajaran pertama yang menyadarkan, siapa yang tahan uji, dia yang memenangkan, walau sedikit atau bahkan sepersekian persen yang berhasil sampai disana.

Akhirnya, saya bergejolak juga, sudah lama jadi yang paling takut menghadapi kenyataan yang begitu menggelisahkan. korupsi jadi hidangan utama bagi siapa saja yang sedang ingin makan kawan dan lawan. saya tuliskan sebuah puisi yang cukup menguatkan, paling tidak menguatkan saya dan orang- orang yang ada disana untuk semakin semangat dalam melawan. saya juga heran, dapat kata dari apa dan siapa. karena yang saya tahu, saya tak punya buku dan kamus waktu itu. saya hanya mencatatkannya pada agenda yang suka saya bawa kemana- mana. tapi toh, puisi itu tercipta juga.

Saya ngotot sekali ingin angkat bicara, saya ingin sekali membacakannya. kebetulan yang menyenangkan, sepertinya Tuhan mendengar keinginan saya. dan atas izin Tuhan dan MC yang bertugas membawa setiap acara pada orasi- orasi manusia tentang korupsi, saya dapat giliran juga. terlebih, disana. saya melihat orang yang dulu mendapatkan kecaman paling mengerikan di zamannya. waktu itu saya masih SMP atau SMA kalau tidak salah, dimana cicak VS buaya jadi berita utama. iya, saya bertemu Bibit Samad Rianto di panggung terbuka. itu juga yang membuat saya semakin kuat untuk membacakannya. saya mau kasih tahu dengan beliau, kalau beliau tidak seorang diri saat ini, pun dengan orang- orang yang sedikit sekali dibandingkan penghuni jakarta yang sesak sekali.

Dan sebuah puisi berjudul "Ini Indonesia" saya bacakan juga, puisi yang tertuliskan persekian menit sebelum diizinkan untuk mengorasikannya di depan orang- orang yang sama tujuannya datang kesana. puisi yang lahir dari ketakutan dan kegetiran, dan dari kecepatan tangan menuliskan setiap kata dan kalimat yang coretannya disana sini, tapi toh, saya bacakan juga. nanti saya tuliskan di postingan selanjutnya. karena puisi itu punya ruang yang lain dalam tulisan saya.

Dan saya awali dengan salam hangat saya untuk indonesia dari langit Bengkulu yang sudah hampir dua minggu saya tinggalkan karena ada tugas lain yang harus saya kerjakan. saya tahu betul, mereka menunggu suara dan kata- kata saya, dan sebelumnya, saya ucapkan juga salam cinta saya untuk pak Bibit Samad yang selama ini hanya saya dengar dan baca lewat surat kabar dan media Tv. tidak begitu mengenal, tapi saya ikuti juga kasus perjuangannya waktu itu. dan yang membanggakan, beberapa tahun dari masa lampau itu, saya bertemu beliau dengan semangat dan gerakan yang sama, PERANGI KORUPSI.  beliau konsisten sekali. 

Dan pada pembacaan puisi yang membuat gejolak setiap hati, saya tatap betul matanya, dan mata orang- orang yang ada disana. saya tahu, kami punya gelisah yang sama.dan saya lihat betul, beliau menitikkan air mata dan mengangguk- anggukkan kepala tanda setuju dengan setiap kata pada puisi saya.

Pun, diakhir kalimat dalam puisi itu, saya harus menitikkan air mata juga, karena rasa cinta yang betul- betul pada negeri ini. entah ,mau percaya atau tidak. itu bukan urusan saya. karena yang saya ingat, ya saya menangis waktu itu. kalau ada yang bertanya, menangis karena apa, ya itu tadi. karena cinta. tidak ada alasan yang lain.

Setelah selesai membacakannya, saya di sambut hangat dengan beliau. beliau memeluk saya erat, dan menyalamkan tangannya yang kuat serta menepuk punggung saya sebagai kekuatan. saya diajaknya berfoto dan berbincang hangat. saya tolak korupsi sekuat saya. begitu juga perbincangan hangat dengan ibu Bibit, istri beliau, serta bapak marthin sirait yang pada akhir perbincangan dia bilang juga, "panggil saja aku amang". dan saya senang sekali waktu itu.

dan sambutan hangat dari manusia- manusia yang ada disana, pun dari panitia yang memberi saya paket buku yang membuat saya cukup ,meloncat- loncat. semoga punya waktu yang banyak untuk membacanya. tidak sekedar jadi koleksian dan pajangan.

sebelum meninggalkan panggung yang akan dibubarkan itu, saya tu;liskan juga tanda tangan dan pesan sederhana untuk indonesia pada spanduk tanda penolakan saya terhadap koruspi. semoga sampai pada hati, dan dibaca oleh setiap manusia yang punya mimpi yang sama ataupun tidak sama sekali.

pesan yang saya tuliskan pada spanduk itu sederhana sekali "jika hanya sendiri, kita tidak akan mampu. namun jika bersama- sama, KITA BISA, salam cinta untuk Indonesia. SAYA MENOLAK KORUPSI !" saya bubuhi tandatangan untuk menyepakati. semoga di akhir hidup. konsisten tidak lari kesana kemari.

Salam dari semesta, Indonesia yang merdeka pada tanggal dan waktunya.
:) 
#RumahPerteduhan #LorongBaca #KamarTakBernomor #Lampujalan
Halaman Taman Ismail Marzuki, Jun' 15 2014 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Kembali

Surat pertama dalam perjalanan yang panjang

Tolak Permohonan Usia Minimum Perkawinan (Anak Perempuan) : Hakim Konstitusi Apa gak Bisa Baca ya?