Saya menolak korupsi !
Tapi, ya
sudahlah. saya toh harus berhenti disebuah tempat yang cukup nyaman
untuk menunggu ataupun untuk kembali berharap, tapi Tuhan berkehendak
lain. Dia punya rencana yang lebih besar dari rencana saya. ada panggung
terbuka di halaman depan, Gerakan Masyarakat Perangi Korupsi sedang
buka ruang untuk siapa saja yang mau melawan dan memerangi lawan yang
tak tahu kapan kalahnya.
Saya melihat sebuah kebangkitan dengan
cara yang cukup cantik. sebuah panggung terbuka untuk siapa saja yang
berani angkat bicara soal penolakan terhadap korupsi. soal melawan sistem yang
cukup tangguh untuk dituntaskan.
Tapi
saya melihat, bahwa ada harapan bagi orang- orang patah hati di tenda
sederhana yang didirikan, ada kekuatan yang dibangun oleh orang- orang
yang di anggap kalah karena tidak mau menyerah. Saya tahu, usaha ini
akan sia- sia juga pada akhirnya, tapi bukankah hidup harus punya
harapan yang lebih besar dari kenyataan itu sendiri. saya melihat, usaha
ini cukup mampu menggugah dan memperingati, cukup mampu mengingatkan
atau sekedar koar- koar, paling tidak, usaha ini cukup mampu
mengingatkan bahwa hidup tak sekedar soal untung berapa kita sekarang.
Saya melihat
kenyataan, dan saya harus siap dengan apapun yang diperhadapkan.
ya,kenyataannya korupsi memang jadi penguasa di negara ini. ya,
indonesia namanya. korupsi jadi headline di surat kabar dan
telivisi, tapi pemberantasan atau sekedar mengurangi angka setiap kasus
toh gagal juga diuapayakan. korupsi jadi hantu yang menyenangkan. ia
bisa berkawan kepada siapa saja yang bisa jadi justru sebelumnya adalah
lawan. pelajaran pertama yang menyadarkan, siapa yang tahan uji, dia
yang memenangkan, walau sedikit atau bahkan sepersekian persen yang
berhasil sampai disana.
Akhirnya, saya
bergejolak juga, sudah lama jadi yang paling takut menghadapi kenyataan
yang begitu menggelisahkan. korupsi jadi hidangan utama bagi siapa saja
yang sedang ingin makan kawan dan lawan. saya tuliskan sebuah puisi yang
cukup menguatkan, paling tidak menguatkan saya dan orang- orang yang
ada disana untuk semakin semangat dalam melawan. saya juga heran, dapat
kata dari apa dan siapa. karena yang saya tahu, saya tak punya buku dan
kamus waktu itu. saya hanya mencatatkannya pada agenda yang suka saya
bawa kemana- mana. tapi toh, puisi itu tercipta juga.
Saya ngotot
sekali ingin angkat bicara, saya ingin sekali membacakannya. kebetulan
yang menyenangkan, sepertinya Tuhan mendengar keinginan saya. dan atas
izin Tuhan dan MC yang bertugas membawa setiap acara pada orasi- orasi
manusia tentang korupsi, saya dapat giliran juga. terlebih, disana. saya
melihat orang yang dulu mendapatkan kecaman paling mengerikan di
zamannya. waktu itu saya masih SMP atau SMA kalau tidak salah, dimana
cicak VS buaya jadi berita utama. iya, saya bertemu Bibit Samad Rianto
di panggung terbuka. itu juga yang membuat saya semakin kuat untuk
membacakannya. saya mau kasih tahu dengan beliau, kalau beliau tidak
seorang diri saat ini, pun dengan orang- orang yang sedikit sekali
dibandingkan penghuni jakarta yang sesak sekali.
Dan sebuah puisi
berjudul "Ini Indonesia" saya bacakan juga, puisi yang tertuliskan
persekian menit sebelum diizinkan untuk mengorasikannya di depan orang-
orang yang sama tujuannya datang kesana. puisi yang lahir dari ketakutan
dan kegetiran, dan dari kecepatan tangan menuliskan setiap kata dan
kalimat yang coretannya disana sini, tapi toh, saya bacakan juga. nanti
saya tuliskan di postingan selanjutnya. karena puisi itu punya ruang
yang lain dalam tulisan saya.
Dan saya awali
dengan salam hangat saya untuk indonesia dari langit Bengkulu yang sudah
hampir dua minggu saya tinggalkan karena ada tugas lain yang harus saya
kerjakan. saya tahu betul, mereka menunggu suara dan kata- kata saya,
dan sebelumnya, saya ucapkan juga salam cinta saya untuk pak Bibit Samad
yang selama ini hanya saya dengar dan baca lewat surat kabar dan media
Tv. tidak begitu mengenal, tapi saya ikuti juga kasus perjuangannya
waktu itu. dan yang membanggakan, beberapa tahun dari masa lampau itu,
saya bertemu beliau dengan semangat dan gerakan yang sama, PERANGI
KORUPSI. beliau konsisten sekali.
Dan pada
pembacaan puisi yang membuat gejolak setiap hati, saya tatap betul
matanya, dan mata orang- orang yang ada disana. saya tahu, kami punya
gelisah yang sama.dan saya lihat betul, beliau menitikkan air mata dan
mengangguk- anggukkan kepala tanda setuju dengan setiap kata pada puisi
saya.
Pun, diakhir
kalimat dalam puisi itu, saya harus menitikkan air mata juga, karena
rasa cinta yang betul- betul pada negeri ini. entah ,mau percaya atau
tidak. itu bukan urusan saya. karena yang saya ingat, ya saya menangis
waktu itu. kalau ada yang bertanya, menangis karena apa, ya itu tadi.
karena cinta. tidak ada alasan yang lain.
Setelah selesai
membacakannya, saya di sambut hangat dengan beliau. beliau memeluk saya
erat, dan menyalamkan tangannya yang kuat serta menepuk punggung saya
sebagai kekuatan. saya diajaknya berfoto dan berbincang hangat. saya
tolak korupsi sekuat saya. begitu juga perbincangan hangat dengan ibu
Bibit, istri beliau, serta bapak marthin sirait yang pada akhir
perbincangan dia bilang juga, "panggil saja aku amang". dan saya senang
sekali waktu itu.
dan sambutan
hangat dari manusia- manusia yang ada disana, pun dari panitia yang
memberi saya paket buku yang membuat saya cukup ,meloncat- loncat.
semoga punya waktu yang banyak untuk membacanya. tidak sekedar jadi
koleksian dan pajangan.
sebelum
meninggalkan panggung yang akan dibubarkan itu, saya tu;liskan juga
tanda tangan dan pesan sederhana untuk indonesia pada spanduk tanda
penolakan saya terhadap koruspi. semoga sampai pada hati, dan dibaca
oleh setiap manusia yang punya mimpi yang sama ataupun tidak sama
sekali.
pesan yang saya
tuliskan pada spanduk itu sederhana sekali "jika hanya sendiri, kita
tidak akan mampu. namun jika bersama- sama, KITA BISA, salam cinta untuk
Indonesia. SAYA MENOLAK KORUPSI !" saya bubuhi tandatangan untuk
menyepakati. semoga di akhir hidup. konsisten tidak lari kesana kemari.
Salam dari semesta, Indonesia yang merdeka pada tanggal dan waktunya.
:)
#RumahPerteduhan #LorongBaca #KamarTakBernomor #Lampujalan
Halaman Taman Ismail Marzuki, Jun' 15 2014
Halaman Taman Ismail Marzuki, Jun' 15 2014
Komentar
Posting Komentar