Kepadamu, Aku sematkan cinta yang dalam

Ayah, tidak pernah sedikitpun aku merasakan sepatah ini. aku tahu, bahwa luka begitu menyayat di relungmu. hingga detik jam menuju pergantian hari, aku sendiri. menangis sesenggukan, sejadinya. selukanya. aku masih cengeng untuk kenyataan kali ini. aku mencintaimu dengan sungguh-sungguh. terserah apa katamu, dan kata siapa. toh, hati hanya pemiliknya yang mengerti.

kala malam semakin beranjak, dan luka masih sama perihnya, aku berharap tidak ingin pejam dan lelap. aku ingin menunggui sembuhmu sampai benar-benar sembuh. aku selalu lupa, bahwa yang sakit tidak hanya fisik, juga hati dan pikiranmu yang selalu perih menerima kenyataan, maafkan aku.

aku sungguh tidak ingin terpejam kali ini, aku mau menunggui kau di balik pintu, sampai kau bangun, dan kembali tersenyum. aku luka.

aku tidak bisa menahan kesal dan selalu jadi sesal yang paling nyeri. aku lupa, kau butuh cinta yang lebih dari sekedar kata. kau tahu, aku mendoakanmu setiap pagi.setiap punya kesempatan. setiap kita bertatapan. aku cintai kau dengan sungguh.

tapi,malam ini rasanya ngilu sekali. sesak sekali. perih sekali. aku hanya tidak tahu bagaimana mengucapkannya dengan lebih lembut, dengan lebih sopan, dengan lebih berhati-hati, dengan lebih penuh cinta. aku selalu lupa, kalau sakitmu tidak main-main. aku selalu menunggu dengan setia, kapan Tuhan menjawabnya.

aku rindu, jadi putri paling manja di Rumah kita. tapi, sekarang tidak bisa. aku harus jadi yang paling kuat, sekaligus yang paling marah. sebenarnya aku tidak terima. tapi Renaca Tuhan selalu punya tujuan.

maaf untuk luka yang kutanamkan. aku mencoba berpuasa menatapmu, meenyapamu. karena, selalu akan melukaimu. tapi tidak untuk doa. aku akan berdoa lebih sunggu-sungguh lagi, seperti bagaimana kau juga selalu mendoakanku. aku tahu itu. aku sering mendengarnya dari balik pintu, saat kau ingin beranjak tidur.

malam ini rasanya perih sekali, sungguh. aku terngiang. ayah, semoga Tuhan lupa mencatatkannya. agar tidak jadi dendam,. agar tidak jadi kutuk agar tidak jadi  pantai yang bergelombang.

aku mencintaimu, seperti senja yang selalu setia menjemput malam. tidak ada yang tahu. hanya aku dan Tuhan yang selalu bersepakat menjagaimu dalam setiap doa.
semoga masih ada banyak waktu yang sisa.
 
( #lampujalan  Sep/12 2014 )

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Kembali

Surat pertama dalam perjalanan yang panjang

Kartu Ulang Tahun untuk Usia ke Sekian